Warsih Si Penjual Jamu Yang Rapet Mekinya

Tidak tahu mengapa hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, padahal ini hari minggu. Istriku sudah dua hari pulang menengok orang tuanya yang sedang sakit dikampung, sedangkan pembantuku juga dari hari sabtu cuti, karena setiap akhir minggu ia pulang ke Bekasi mengunjungi keluarganya, praktis hanya tinggal aku sendiri dirumah. Aku dan isteri belum dikaruniai anak walaupun sudah dua tahun kami menikah.

Aku berjalan keluar rumah, baru jam 6.30, wah sayang sekali aku bangun terlalu pagi, padahal sepanjang minggu aku memimpikan hari minggu supaya bisa tidur siang. Akhirnya aku duduk diteras depan rumah dan membaca koran. Lagi asyik baca koran aku mendengar bunyi bel, aku bangun untuk melihat siapa yang memencet bel pagi2 begini.Aku membuka pintu gerbang dan didepanku berdiri seorang wanita berusia kurang lebih 28 tahun dengan rambut digelung asal2an tersenyum padaku. Wajah wanita itu cukup manis dengan pipi berisi dan kemerahan, kulit wajahnya halus sekali dan ia memakai sarung serta menggendong bakul jamu, selendang yang mengikat bakul jamunya melintang didadanya dengan ketat sehingga menojolkan payudaranya yang kulihat sungguh amat indah dan menantang, mungkin ukurannya 36, pokoknya aku sungguh terangsang sekali dengan kemontokan tubuh wanita itu, aku melihat ada sedikit keringat didahinya, make up yang dipakainya tipis sehingga yang terlihat adalah wajah alami yang terpelihara.

"Ibu ada pak?" Tanya wanita itu.
Cepat2 aku tersenyum semanis mungkin."Wah sedang pulang kampung tuh, mbak" Jawabku sambil tersenyum.
Tukang jamu itu kelihatan kecewa.
"Memangnya istri saya suka minum jamu?" Tanyaku.
"Iya...dua hari sekali saya disuruh kesini sama ibu" Katanya.
"Wah sayang sekali....tapi bagaimana kalau saya juga minum, mbak?" Aku sebenarnya tidak pernah minum jamu dan aku tak tahu jamu apa yang cocok buat laki2.
Mbak itu tersenyum senang dan segera hendak menurunkan bakulnya, tapi aku buru2 menahannya.
"Masuk saja mbak....jangan disini, didalam saja ya" Kataku, hatiku mengatakan tindakanku mengarahkan aku kesesuatu.

Wanita itu berjalan masuk mengikutiku. Sampai diteras ia lagi2 mau menurunkan bakulnya, tapi aku lagi2 menyuruhnya masuk kedalam ruang tamu. Ketika ia berjalan masuk tadi kuperhatikan terus bokongnya yang bergoyang2 terbungkus kain sarung ketat, aku sampai menelan ludah, bokongnya sunggu indah dan besar, tubuhnya betul2 sexy....

"Saya nggak mau ada orang yang lihat saya minum jamu lho" Kataku ketika kulihat ia agak ragu masuk kedalam rumahku.
Ia terkikik lalu berjalan masuk mengikutiku dan ia segera menurunkan bakul jamunya, aku memperhatikan setiap gerakannya, oh....sungguh aku merasa terangsang sekali.
"Memangnya jamu apa yang untuk laki2, mbak?" Tanyaku.
 Mataku tidak lepas dari belahan buah dadanya yang sesekali terkuak dan menampilkan bh warna hitam. Kemaluanku mulai mengeras.
"Maunya untuk apa pak?"
"Biasanya jamu apa yang diminum laki?" Tanyaku lagi.
"Macam2 pak...biasanya sih jamu kuat" Jawabnya, kulihat ia mengeluarkan sapu tangan lalu mengeringkan keringat diwajahnya.
Sungguh manis wajahnya.
"Kuat buat apa sih?" Tanyaku pura2. Ia melirik agak genit, mulutnya cemberut.
"Ah pura2 aja bapak ini"
"Lho sungguh....aku kan nggak pernah ngejamu, mbak"
"Ah bisa aja..." Jawabnya, matanya kembali melirik, aku makin horny.
"Ya terserah mbak aja deh...aku taunya minum" Kataku.

Ia lalu menuangkan entah apa aku tak tahu, dicampur2.
"Mbak...biasanya kalau minum jamu minumnya untuk apa?" Tanyaku sambil menerima gelas yang telah berisi jamu.
"Ada deh...."
Eiit....mulai menunjukkan hasil nih, pikirku. Kayaknya tambah genit nih si mbak.
"Kasih tahu doong..." Rengekku.
Ia mengerling genit lagi sambil memonyongkan mulutnya.
"Yaa...tanya ibu saja ah" Jawabnya.

Aku merasakan pahit dilidahku dan aku makin memperlambat minumku, aku nggak tahan, mau muntah rasanya.

"Saya mau tahunya dari mbak kok...."
"Yaaa...kalau perempuan ya minum jamu supaya seger, awet muda dan macem2 deh"
"Memangnya jamu sari rapet buat apa mbak?" Manteraku mulai keluar. Ia mendesis sambil melotot.
"Hussh...kok tanya aku? Tanya ibu lho..."
"Kan pulang kampung.....aku bingung, apanya yang rapet kalo minum jamu sari rapet...nanya boleh kan?" Kataku makin berani.
"Ya itunya yang jadi sempit, bukan rapet lho...." Jawabnya perlahan sekali, ia menunduk, kulihat sedikit rona merah dipipinya.
"Apanya yang sempit mbak?" Kelihatannya ia mulai kesal.
"Itunya lho...tempiknya, ah sudah ah....genit amat sich" Semburnya sambil mengerling marah.
 Aku tersenyum lagi."Tempik itu apa sih?" Godaku lagi.
"Nggak tahu ah...sudah belum? kok lama banget minum jamu aja?"
"Habis pahit....mbak belum jawab pertanyaan saya"
"Tempik itu.....memek lho, masak nggak tahu sih...dasar genit bapak ini" Eh tangannya mencubit pahaku.
Aku pura2 kesakitan, tanganku kuulurkan untuk membalas, ia menjerit kecil sambil cekikikan menghindari tanganku.
"Lho aku kan mau membalas, cuma nanya kok pahaku dicubit?"
"Habis ceriwis sih"
"Mbak minum sari rapet juga dong?" Tanyaku.
"Nggak tahu ah"
"Kalau begitu gelas ini nggak akan habis2 isinya"
"Iya, iya...aku juga minum....setiap perempuan minum kok"
"Memangnya mbak sudah punya suami?"
"Ya sudah dong...tapi ada dikampung"
"Lho sama dong...isteriku ada dikampung juga"

Ia diam saja.

"Jadi tinggal kita berdua nih...." Sambungku.
"Tapi aku nggak percaya, dengan minum sari rapet terus tempik....eh memek bisa rapet"
Ia tersipu2.

"Eee...sungguh lho...sudah terbukti dari dulu kok" Jawabnya.
"Bohong...""Sungguh...""Kalo gitu boleh dong aku minta bukti"
"Bukti apaan?" Ia kelihatan agak bingung.
"Bukti....bahwa memek mbak sempit" Aku nekat berkata. Kemaluanku sudah keras sejak tadi. Jantungku juga berdebar2 menahan gejolak nafsu.
"Idiih amit2!" Desisnya lalu ia bangun melemaskan kakinya yang dari tadi jongkok.
"Mbak....""Yaaa....""Aku naksir nih....boleh nggak aku minta cium" Aku berbisik pelan.
Ia melotot, mulutnya cemberut.
"Iih....udah ah...genit amat sih"

Ia jongkok lagi membereskan barang2nya. Kudekatkan wajahku kewajahnya. Ia mengangkat wajahnya dan memandangku dengan pandangan melotot, tapi bibirnya setengah terbuka, seolah2 menantang keberanianku dan kami sangat dekat sehingga aku bisa mencium bau tubuhnya yang terus terang saja membuat nafsuku makin melonjak. Tanpa pikir panjang kusambar mulutnya, kupeluk sehingga ia jatuh tertindihku dilantai ruang tamu. Mulutku melumat bibirnya dengan liar, ia meronta, tapi sepertinya rontaan setengah hati. Tanganku meremas buah dadanya, betul juga dugaanku, buah dadanya betul2 kencang dan mantap sekali, kenyal dan besar, wah aku benar2 terangsang.

"Aduh....genit bapak ini....auuu....nggak mau...aduh, aku nggak bisa napas" Ia mendesah2 ditindihku.
"Paak....aduh malu ah...jangan disini....nanti dilihat orang....aku malu ah...."

Kulumat lagi mulutnya yang hangat, kali ini ia membalas dengan lumatan yang liar juga. Lidah kami saling membelit lidahnya terasa sungguh nikmat, hangat dan begitu liar didalam mulutku, sungguh aku tak pernah menduga perempuan desa sepertinya bisa berciuman begitu panas. Aku tak mau kalah, kujepit lidahnya lalu kuhisap2 dengan penuh nafsu, lalu lidahku bermain dalam mulutnya, kujelajahi seluruh rongga mulutnya dan napas kami sama2 memburu kencang, napasnya terasa panasenyembur dan aku juga menyukai bau napasnya yang lembut, mungkin memang semua tukang jamu tahu bagaimana merawat diri dan kesehatannya, pokoknya kami benar2 tenggelam dalam gelora nafsu, tanganku menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya dan baju hijau yang dipakainya sudah tak keruan terbuka, tanganku berusaha menyingkapnya dan kuremas buah dadanya serta kucoba menariknya keluar dari bh yang begitu kencang membungkus buah kembar itu.

Ia mendesah2 tangannya seperti hendak menyingkirkan tanganku namun usahanya tidak dengan sepenuh hati, sebelah tangannya meremas2 rambutku, mengacak2nya dengan gemas, air liur kami begitu lama saling bertukar, oh tidak pernah aku merasakan sensasi seperti ini.Akhirnya aku berhasil menarik keluar sebelah buah dadanya dari balik bh yang dikenakan mbak itu. Ia menggumam dalam mulutku. Kuremas payudara kenyal itu, kuraba puting susunya yang rasanya cukup besar, aku mencoba memandang tapi mbak itu begitu erat mendekap kepalaku sehingga mulut kami tidak bisa terlepas, ia menciumku begitu liar dan penuh nafsu, napasnya seperti lokomotif.

Aku memaksa menciumi lehernya yang berkeringat, kujilati keringatnya dan terasa asin, aku tak perduli, kuangkat kedua tangannya lalu kucium2 ketiaknya yang basah oleh keringat juga. Baunya sungguh sedap dan ia mengerang keenakan waktu kugigit2 ketiaknya dengan lembut. Sekarang aku bisa melihat buah dadanya yang berkulit kuning dan menyembul sebelah, pemandangan ini membuatku makin bernafsu, puting susunya berwarna merah tua dan besar, kupencet2 pelan, ia merintih2, kepalanya terangkat keatas dan suaranya membuatku makin terangsang.

"Pak...aaahhh.....ada susunya pak....pencet kerasan lagi...ooohhhh" Ia mendesah.
Kupencet lebih keras, benar saja ada cairan kental keputihan perlahan muncul dari puting susunya, lalu ketika keperkeras pencetanku maka cairan itu menyembur pelan dan membasahi tanganku. Segera kucelucupi dan kujilat puting susunya, mbak yang belakangan kutahu bernama Warsih itu membantuku meremas buah dadanya, dan kulihat ia pandai sekali mengeluarkan susunya agar aku dapat menikmati cairan itu, tangannya mengurut payudaranya dengan keras dan memencetnya sehingga cairan itu menyembur keras masuk dalam mulutku, tidak ada rasa atupun bau, kusedot2 putingnya seperti bayi.

"Uughhh....jangan terlalu keras pak, sakit.....uuughhhh" Aku memelankan kegemasanku menyedot.
Tanganku sibuk melepaskan kancing2 baju yang tersisa dan menariknya sehingga Warsih hanya memakai kutang dan sarung saja. Bh hitamnya terangkat sebelah keatas dan kontolku sampai sakit karena kerasnya ketika melihat pemandangan didepanku. Tubuh Warsih sungguh mulus, kuning langsat walaupun baru bagian atasnya saja yang kulihat.

"Paaakkk......enak...duh....pak...jangan disini...malu pak....aakkhhh" Ia merengek, suaranya serak.
"Dikamarku saja..." Bisikku.

Kuajak ia masuk dalam kamarku, sebelumnya kukunci pintu depan. Sampai dalam kamar kami bergumul diatas ranjangku. Tubuhnya betul2 padat dan kenyal. Kulepaskan bhnya sehingga ia sekarang hanya memakai sarung saja, aku terbengong melihat buah dadanya yang begitu sempurna dan besar, puting susunya sungguh kontras dengan warna kulitnya. Kubuka seluruh pakaianku sampai telanjang bulat dan ia menjerit kecil melihat kontolku yang berdiri dengan tegak penuh urat menonjol, tangannya menutupi mulutnya.

"Auu...serem!" Jeritnya.
 Kudekati ia dan ia beringsut mundur menggodaku. Aku menerkam dengan kekuatan penuh, kembali ia menjerit sambil memelukku, kami bergumul lagi, kali ini ia menciumi dadaku dengan penuh nafsu.

"Kontolnya kok kecil sih pak" Bisiknya. Sialan...
"Jangan lihat kecilnya mbak...rasakan tusukannya nanti" Bisikku juga.
"Idiihh....takuut" Ia merengek lagi.

Kukemot payudaranya lagi, lalu kujilat dan kugigit2 ketiaknya yang ditumbubi bulu lebat, oohh sungguh merangsang sekali baunya. Warsih menjerit2 kecil kegelian, tapi ia menikmatinya.Tiba2 aku mundur lalu dengan cepat aku menyusup kedalam sarung yang masih dikenakannya, ia menjerit tertahan sambil berusaha mendorong kepalaku keluar dari dalam selangkangannya. Tapi aku tidak perduli, kukecupi pahanya yang kurasakan halus sekali. Kuhisap2 kecil, ia terlonjak2 kegelian sambil mengerang2 manja.

"Jangaan pak....bau....jijik ih...nggak mau aku...ooohhh"
Dorongan tangannya berubah remasan, kepalaku sudah mencapai puncak pahanya, aku merasakan kehangatan kepalaku didalam sarungnya dan tercium bau memek yang membuat kontolku kembali sakit saking tegangnya. Kuciumi celana dalamnya yang lembab dan agak lengket, kujilati lalu kuhisap2 memeknya yang tertutup celana dalam hitam, aku bisa merasakan bulu memeknya yang keluar dari balik lipatan celana dalam, kujilati semuanya lalu kuporoti celana itu, tiba2 sarungnya menjadi kendur, ternyata Warsih membuka ikatan setangennya sehingga sekarang ia bisa melihat kegiatanku didalam sarungnya.

Ia menurunkan sarungnya, aku menariknya sampai terlepas. Kini aku terpaku sesaat melihat memeknya yang hitam tertutup bulu2 lebat yang ikal. Kulihat ada cairan bening menempel dibulu2 itu, mata Warsih lekat memandangku, aku tak tahan lagi dengan bau yang begitu merangsang. Kubenamkan wajahku dilembahnya, kucium dengan penuh perasaan bau memeknya, oohhh....sungguh enak sekali. Dengan jari2ku kusibakkan bulu memeknya dan kukuak bibir kemaluannya yang berwarna merah tua, ia mengerang2, tangannya mencengkram sprei dan menarik2nya. Aku bisa melihat bagian dalam memeknya yang banjir oleh cairan keputihan, menempel pada dinding dan bibir memeknya, aku tak tahan lagi, kuserbu memeknya dengan lidahku, kujelajahi dan kusapu seluruh cairan itu, terasa asin, nikmatnya sungguh gila.

"Aaaaa.......enaaaakkkk......mmmhhhh....sssshh hhh"
Pinggulnya terangkat naik menekan mulutku dan aku makin lahap menjilati dan mengemut itilnya. Ia mengerang2 sebelum akhirnya mengangkat pinggulnya dan tangannya menekan kepalaku, dan aku terbenam dalam memeknya. Hidungku menekan itilnya dengan keras dan kurasakan ia menggosok2kannya dihidungku, mulutku masuk dalam liang memeknya, lidahku kuputar dan kutusuk dalam liang itu, ia menjerit agak keras seperti rintihan panjang.

"Oooohhhhhh........aku..aku....keluaaarrr paaakk.....uuuuuhhhhhh"
Kurasakan hentakan2 keras menekan wajahku dan kurasakan liang memeknya menghangat dan tercium bau khas yang enak sekali, lidahku menjilati lubang kencingnya yang kecil dan merah, Warsih meronta kecil dan mulutnya tak henti melolong. Tiba2 kurasakan kontolku ditariknya, aku mengikuti irama tarikannya, ternyata sesaat kemudian kontolku terbenam dalam mulutnya yang hangat, aku gemetar tak kuasa membendung nikmatnya kuluman Warsih dikontolku, aku berusaha sekuat tenaga menahan dan membendung supaya jangan sampai keluar begitu cepat. Kualihkan jilatanku perlahan2 kelubang duburnya yang berwarna hitam dan ada lendir yang berasal dari liang memeknya. Kelihatanya ia terkejut sesaat tapi kemudian tiba2 ia berontak dan berguling sehingga aku terbawa dan kusadari aku sudah tergencet dibawah tubuhnya, posisi kami menjadi 69 dan ia menekuk lututnya sedemikian rupa sehingga aku bisa dengan leluasa menjelajahi liang duburnya.

Ia bergetar hebat dan mengguman dengan kontolku dalam mulutnya.
"Paakk...terus pak, terus, terushh....jilat terus, masukin lidahnya paaakk...aku paling nggak tahaaann"
Ia merintih panjang ketika lidahku kutusuk menerobos liang duburnya. Aku tak perduli dengan perasaan jijik orang lain, karena aku menikmati sekali liang duburnya yang bersih dan tak berbau. Tubuh Warsih kembali terhentak2 dan ia menekan pantatnya sehingga aku sulit bernapas, aku berusaha memuaskannya dengan lidahku terus mengorek2 lubang itu dan ia melolong2 pendek seperti wanita hendak melahirkan.
Sampai akhirnya akupun tidak kuat menahan semburan kontolku, aku tak mau kalah, kubalikkan tubuhnya sehingga aku diatas dan ia seperti tahu apa yang akan terjadi karena ia mempercepat sedotannya dan aku memompa mulutnya dengan cepat pula, tangannya mengocok2 pangkal kontolku dengan cepat, aku menjerit sambil memandangnya......cairan air maniku menyembur dalam mulutnya dan kulihat mulutnya mengemot kontolku tiada henti, perutku kejang menahan nikmat yang menyusup seperti gelombang dashyat.

Air maniku seperti tidak ada habisnya dan tak setetespun keluar dari dalam mulutnya, ia begitu ahli menikmati kontolku sampai aku merasa denyutan2 nikmat berlangsung begitu lama, aku terduduk lemas diwajahnya, kubiarkan ia menjilati kepala kontolku dan menyedot buah zakarku, perasaanku tidak keruan ketika lidahnya mulai menelusuri lubang duburku juga, geli campur meriang yang kurasakan, tapi aku sangat menikmatinya. Lidahnya menjelajahi lubang duburku dengan liar, kontolku dalam sekejap mulai mengeras dan kulihat ia terkikik kesenangan, tangannya kembali mengocok kontolku dengan lembut.Aku juga tak mau kalah, kujilati lagi sisa2 lendir diliang memeknya, seluruh bulu memeknya sudah basah oleh jilatanku, kulihat memeknya berkilat2 dan cairan memeknya begitu nikmat dan hangat, oohhh aku akan sangat merindukannya.

Setelah kontolku mengeras, Warsih segera berjongkok diatasnya dan mengarahkan kontolku keliang memeknya. Lalu ia mengeluh panjang ketika kontolku amblas dalam lubang hangat itu. Ia mulai memompa dan aku mengikuti iramanya, ia manarik tanganku dan menaruhnya dipayudaranya, aku segera meremasnya.

"Remas yang kuat paak...aduh...enak sekali kontol bapak...uuuhhhh"
Ia memompa dengan buah dadanya menggelinjang dalam remasanku. Aku meremas dengan keras dan ia merintih dengan keras pula. Kulihat tanganku berlumuran air susunya yang selalu keluar setiap kuremas. Sungguh mati wanita ini sangat pandai bersetubuh, aku tak tahu dari mana ia memperoleh keahlian seperti itu dan terlintas dalam benakku untuk menjadikannya isteri keduaku, aku merinding membayangkan penghianatan cintaku kepada isteriku....tapi sungguh aku tergila2 dengan Warsih.Kontolku seperti disedot2 dalam memeknya, aku berusaha mati2an agar kami dapat mencapai kenikmatan bersama, setiap berhasil kubendung maka sesaat kemudian kontolku kembali tak kuat menahannya, aku menjadi tersiksa oleh kenikmatan memeknya.

Ia tersenyum senyum dan sesekali menjulurkan lidahnya menjilati wajahku, lidahnya hangat dan liar, setelah itu kami kembali saling lumat, ulekan memeknya membuatku seperti melayang2.
"Warsih....aku hampir nggak kuat lagi nih...." Desahku. Ia terkikik.
"Barengan yok...uuhh.....ayo pak, pompa memekku....aaahhhh....terus, terus, ssshhhh" Ia mulai merengek dan aku mulai nggak kuat menahan.
"Aku..aku...aku ngak kuat lagiii!" Aku berteriak.
Warsih memonyongkan mulutnya, matanya meredup dan merem melek kenikmatan, tiba2....ia berterriak...
"Mati akuuu....."

Ia mengulek dan menekan dengan keras sehingga kontolku benar2 seperti diputar dan disedot oleh mesin pembuat nikmat.
Ia memelukku dan mulutnya memangut bibirku dan menghisapnya dengan keras, tubuh kami kejang2 dan bergetar hebat, kontolku memuntahkan air mani kembali, dan ia mengulek kontolku sehingga perutku seperti hendak keram oleh kenikmatan yang diberikan memeknya. Kuremas pantatnya dengan keras, napasnya panas memburu diwajahku, lidah kami saling membelit dan kami memangut seperti ular berbisa. Lama sekali sensasi kenikmatan yang kami rasakan, sampai akhirnya ia terkulai dalam pelukanku dengan kontolku masih terhujam dalam memeknya.

Kami diam tak berkata2, aku juga lemas, kubiarkan tubuhnya yang hangat dengan buah dadanya yang besar menekan dadaku. Fantasiku melayang2, membayangkan andaikan ia adalah isteriku.....

"Kamu hebat sekali....betul2 hebat" Bisikku. Warsih terkikik kecil dalam pelukanku.
"Dari mana kamu belajar?" Tanyaku.
 Ia tersenyum memandangku, keringatnya jatuh diatas bibirku, kujilat keringat itu.
"Aku ini orang Madura lho..." Jawabnya.
"Ah nggak setiap wanita Madura begitu hebat" Jawabku.
"Tapi aku hebat kan?" Bisiknya. Ia mengecup bibirku dengan lembut.
"Aku takluk nih...." Bisikku pula.

Ia bangun dengan cepat dan berbalik terlentang, dengan sarung ia menutupi memeknya dan berjalan cepat kekamar mandi, aku mengikutinya dan didalam kami mandi sama2, lagi2 kami melakukan persetubuhan sekali lagi atas inisiatifnya, ia nungging dan kutusuk dari belakang seperti anjing sedang berahi, dibawah siraman shower.Akhirnya aku mengajaknya tidur bersama hari itu, aku mengatakan ia tak usah berjualan jamu lagi. Ia akan kukontrakkan rumah dan akan kuberikan uang belanja setiap bulan. Warsih menyetujuinya, tapi ia memilih tinggal di Bandung, aku mengijinkannya. Ia memberiku celana dalam dan bh bekas dipakainya padaku, ia berkata kalau aku rindu padanya maka ciumi saja celana dalamnya dan nikmati baunya. Ooh sungguh perempuan yang tahu memanjakan laki2.....

Selama empat tahun aku memelihara Warsih sampai akhirnya kami resmi sebagai suami isteri setelah aku dan isteriku bercerai tanpa anak. Dan itulah saat2 terindah dalam hidupku sampai kini. Celana dalam yang pertama kali diberikannya padaku menjadi benda kenangan kami dan sering kali kami keluarkan dan menikmatinya bersama...ooohh Warsih....

0 Response to "Warsih Si Penjual Jamu Yang Rapet Mekinya"

Posting Komentar